Wednesday, December 17, 2008

Fiksi Film Terbaik FFI 2008

13 Desember 2008 00:59 WIB
Sutradara film 'Fiksi' Moully Surya-- ANTARA/HERU SALIM
JAKARTA--MI: Film Fiksi terpilih sebagai film terbaik versi Festival Film Indonesia (FFI) 2008 yang berlangsung di halaman Kantor Gubernur Jawa Barat atau yang dikenal dengan nama Gedung Sate, Jumat malam. 

Kemenangan film Fiksi ditentukan pilihan para juri yang terdiri dari ketua dewan juri film bioskop Niniek L Karim, ketua dewan juri untuk film dokumenter Iwan Wahab, dan Hardo Sukoyo sebagai ketua dewan juri film pendek. 

FFI kali ini didominasi banyak sutradara muda. Uniknya lagi, ada empat sutradara perempuan yang masuk daftar nominasi menemani Garin Nugroho, satu-satunya sutradara pria senior. 
Tahun ini jumlah film yang masuk untuk dinilai sebanyak 50 judul, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 40 judul film. 

Berbeda dengan pergelaran sebelumnya, kali ini FFI digelar dengan konsep festival jalanan di depan Gedung Sate. Konsep itu bertujuan menghilangkan kesan eksklusif dan lebih dekat pada masyarakat pencinta film Indonesia. 

Di tempat terbuka itu, para artis yang datang disambut melalui prosesi ala red carpet. ''Kami sengaja menghadirkan acara di tempat terbuka agar masyarakat merasa dekat dengan orang-orang film,'' kata Ketua Panitia Pelaksana FFI Akhlis Suryapati. 

Hal lain yang juga berbeda dengan FFI sebelumnya adalah Piala Citra dengan desain baru bertemaBangkit menuju citra baru. Piala Citra desain baru itu menggantikan piala rancangan seniman patung Sidharta (almarhum) yang telah digunakan sepanjang FFI berlangsung sejak 1966. 

Turut hadir pula Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, dan Direktur Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Ukus Koswara. 

Ada dua panggung yang dipersiapkan untuk FFI, yakni panggung penghargaan dan panggung hiburan yang diisi beberapa grup penyanyi terkenal seperti Tata Dewi-Dewi, Changcuters, dan Gita Gutawa. (Eri/M-6)

Masa Depan Perfilman Indonesia Makin Baik

Selasa, 16 Desember 2008 06:28 WIB

JAKARTA--MI: Film Indonesia yang saat ini meningkat dari segi jumlah dan kualitas akan semakin baik perkembangannya di masa mendatang apabila para sineas muda diberikan kesempatan seluasnya untuk menciptakan karya-karya yang bermutu. 

"Saya optimis melihat generasi muda di perfilman Indonesia saat ini, mereka punya kebebasan dalam menciptakan karya. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang saya alami dulu ketika soal judul dan tema film masih disetir oleh Departemen Penerangan," kata aktor senior Ikranegara usai mengikuti acara diskusi tentang Industri film di Indonesia dan persaingan usaha perfilman nasional di Jakarta, Senin. 

Pemeran Pak Guru Harfa dalam film Laskar Pelangi ini mengungkapkan pada tahun 1970an para sienas membuat karya dengan beban dan tekanan dari pemerintah. Ada ketakutan yang dirasakan si pembuat film karena akan dilarang tayang atau dipotong pada beberapa adegan tertentu yang dianggap merugikan pemerintah. 

"Ada salah satu film yang saya bintangi sebagai mahasiswa yang vokal melakukan demonstrasi di film Bandot Tua, tapi karena film itu dilarang tayang dan boleh ditayangkan dengan sebagian besar cerita dipotong dan diganti judulnya menjadi Cinta Biru (1977, red)," katanya. 

Ikra mengatakan masa depan perfilman Indonesia ada di tangan generasi muda saat ini dan mereka harus didukung untuk bisa menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Ia mencontohkan karya-karya Hanung Bramantyo, Garin Nugroho, dan Nan T Achnas. 

Persoalan 

Sementara itu salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, sutradara film, Hanung Bramantyo mengatakan sutradara saat ini menghadapi persoalan yang berbeda dengan masa lalu. Sutradara menghadapi kendala karena produser selalu menanyakan tentang siapa pasar film yang disasar dan apakah ada jaminan film itu akan sukses atau tidak. 

"Di Indonesia sutradara harus ikut menentukan kelahiran film ini di masyarakat, ikut berpikir soal penayangan dan estetika, padahal tugas sutradara harusnya hanya berpikir soal skenario film sampai film itu ditayangkan," katanya. 

Ia menambahkan film yang diminati sebagian produser bukan yang sinematografi dan temanya bagus, tapi ditanya soal pasar filmnya dan apakah ada jaminan film itu akan sukses. 

"Ketika saya sodorkan film agak berat tentang Gerwani pada produser yang mereka tanyakan bukan soal bagaimana kira-kira gambaran film ini nantinya, tapi mereka tanyakan siapa yang akan menonton dan berapa estimasi jumlah penontonnya, dan pertanyaan ini membuat saya berhenti bikin film itu," katanya seraya tersenyum. 

Hanung mengatakan fenomena yang terjadi saat ini, produser juga bisa mendikte dan memaksa sutradara untuk membuat film dalam waktu yang singkat tanpa memerhatikan segi estetika film itu.

"Sekarang ini produser bisa saja memilih waktu kapan filmnya akan ditayangkan meskipun film itu belum dibuat, dan ada sejumlah produser yang sudah mendaftarkan filmnya ke bioskop walaupun baru punya judul filmnya saja," katanya. 

Keadaan ini, lanjutnya, membuat sutradara tertekan dan bekerja bukan atas dasar hasil yang memuaskan. Sutradara bekerja dibawah tekanan jadwal tayang film yang sudah ditentukan oleh produser tanpa mempertimbangkan soal molornya jadwal produksi. 

"Kondisi ini terus-menerus terjadi hingga akhir tahun ini, sehingga untuk mengantisipasi keadaan semacam ini ada dua pilihan yang saya lakukan, yakni membuat film digital dengan skenario ringan dan cerita yang mudah dipahami, lalu yang kedua membuat film idealis yakni film dengan tema dan penggarapan lebih serius dan menggunakan pita seluloid," demikian katanya. (Ant/OL-03)

Daftar Pemenang FFI Indonesia 2008

BANDUNG--MI: Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2008 di Gedung Sate, Bandung, Jumat malam (12/12), telah menghasilkan sejumlah pemenang. 

Para pemenang dipilih melalui proses penjurian yang dilakukan oleh tim juri yang diketuai oleh Niniek L Karim untuk kategori Film Cerita Bioskop, Iwan Wahab selaku Ketua Dewan Juri Film Dokumenter, dan Hardo Sukoyo sebagai Ketua Dewan Juri Film Pendek. 

Berikut ini adalah daftar lengkap pemenang Piala Citra FFI 2008: 

1. Film Cerita Bioskop Terbaik: Fiksi produksi Surya Indrantara. 

2. Film Dokumenter Terbaik: The Conductors karya sutradara Andi Bachtiar Yusuf, produksi Bogalakon Pictures. 

3. Film Pendek Terbaik: Cheng Cheng Po, BW Purbanegara, produksi Sahabat Gloria dan Lima Enam Films. 

4. Pemeran Utama Pria: Vino G Bastian, dalam film Radit dan Jani, produksi Investasi Film Indonesia. 

5. Pemeran Utama Wanita: Fahrani, dalam film Radit dan Jani, produksi Investasi Film Indonesia. 

6. Pemeran Pendukung Pria: Yoga Pratama, dalam film 3 Doa 3 Cinta, produksi Investasi Film Indonesia dan Triximage. 

7. Pemeran Pendukung Wanita: Aryani Kriegenburg, dalam film Under The Tree, produksi SET Film/Credo Cine Art. 

8. Penyutradaraan Terbaik: Mouly Surya dalam film Fiksi, produksi Surya Indrantara. 

9. Penulis Skenario Terbaik: Joko Anwar/Mouly Surya dalam film Fiksi

10. Penata Musik Terbaik: Zeke Khaseli dalam film Fiksi

11. Penata Gambar Terbaik: Yoga Krispratama, dalam film Claudia/Jasmine

12. Penata Suara Terbaik: Satrio Budiono, dalam film May

13. Penata Sinematografi Terbaik: Ical Tanjung, dalam film May

14. Penata Artistik Terbaik: Budi Riyanto dalam film Under The Tree

Penghargaan khusus 

Pada FFI 2008 Dewan Juri juga memberikan penghargaan khusus kepada Film Animasi Terbaik yakni film A Kite karya sutradara Achmad Rofiq, serta penghargaan khusus kepada Film Pendek dengan Tema Terbaik yakni film Nyawa-nyawa Mendamaikan Persada karya sutradara Robby Ertanto.

Festival Film Indonesia 2008 diikuti sebanyak 57 judul film cerita bioskop, 39 judul film dokumenter, dan 48 judul film. (Ant/OL-02)

Monday, December 15, 2008

JIFFest closes with a flurry of prizes

Written by Marcus Lim
Thursday, 11 December 2008

MACAU - Indonesian comedy "Quickie Express" was awarded the Best Feature Film prize at the 10th Jakarta International Film Festival (JIFFest) which closed Wednesday.
The film, chosen from the 84 eligible Indonesian films released theatrically in the past year, took home a IDR 25 million ($2,300) cash prize. The festival's Best Director prize was awarded to Mouly Surya, helmer of "Fiksi."

The festical's other competitive segment, the Script Development Competition, awarded four prizes ranging from $2,300 to $6,900 to an assortment of genre scripts.

The Documentary Script prize was awarded to Rngga Kusmalendra's "I am a Beggar," while "Night of the Bride"and "The Teacher" both won the Short Fiction Script category. The $4,600 Best Feature Film Script prize was awarded to Tumpal Christian Tampubolon for his screenplay "Sidewalk Dogs."

Next year's JiFFest is skedded to bow Dec 5.