Sudah nonton film Lost in Love? Kalau sudah, Anda tentu kenal dengan sosok yang satu ini. Arifin Putra namanya. Ia lahir di Jakarta pada 1 Mei 1987, dari seorang ayah Jerman dan ibu pribumi. Masa kecil pria yang satu ini terbilang unik, karena ia besar dalam keluarga yang menggunakan tiga bahasa berbeda, trilingual ia menyebutnya. “Kalo sama bokap pasti ngomong pake bahasa Jerman, sama nyokap ngomong Indonesia. Nah pas remaja aku belajar bahasa Inggris, jadi trilingual deh,” ucap Arifin.
Kehidupan masa kecil hingga remaja pria Taurus ini merupakan potret perjalanan yang menyenangkan, terutama ketika ia merayakan ulang tahun, selalu ada tradisi yang ia jalankan bersama teman-temanya. “Dulu kalo gue ulang tahun, gue sama temen-temen gue pasti main rugby di taman deket rumah, dan pernah sekali waktu itu kecelakaan sampe akhirnya telapak kaki gue robek dan harus dijahit,” ungkapnya.
Dengan tiga jahitan di telapak kaki, penyuka buku Da Vinci Code ini justru merasa bangga, karena setelah itu ia menjadi perhatian teman-temanya. “Ngerasa keren aja, gue bilang, ‘Nggak apa-apa koq, cuma dijahit doang,’” kenangnya. Namun bukan kali itu saja ia merasa bangga atas kecelakaan yang menimpa dirinya.
Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia kembali merasakan nikmatnya hasil jahitan, dan kali ini di bagian kepala akibat dorong-dorongan dengan teman-temannya. Dengan kejadian tersebut ia berhasil mendapatkan perhatian dari wanita yang sedang diincarnya.
Begitulah sosok Arifin, seorang yang pemalu, yang memanfaatkan kecelakaan dirinya untuk menarik perhatian seorang wanita. Berbeda dengan perjalanan dirinya masuk ke dunia hiburan, justru orang lain yang tertarik pada dirinya.
Bermula ketika Arifin diminta oleh sang ibu untuk mengantarkan kakaknya yang akan syuting menjadi figuran iklan makanan cepat saji. Karena tidak mengenal siapa-siapa, setibanya di sana Arifin langsung mencari tempat untuk menyendiri dan membaca buku. Tiba-tiba seseorang datang kepadanya. “Hmmm bawa baju ganti nggak? Mau nggak ikut jadi figuran?,” ucap Arifin mengulang pertanyaan orang tersebut. Sontak Arifin tidak mengucap sepatah kata apapun. Namun perasaan malu tersebut berhasil dikalahkan perasaan bosan yang menerpanya saat itu. Dan terlibatlah Arifin di iklan tersebut bersama sang kakak sebagai figuran.
Selesai syuting berjam-jam, uang pun di tangan, dan ia menjadi bangga atas apa yang ia lakukan, meski diakuinya hanya sekedar iseng. Namun keisengan Arifin itu, justru membawanya kepada iklan selanjutnya, sebuah iklan makanan cepat saji juga. “Setelah itu ditawarin iklan lagi, mau lagi, tapi harganya turun jadinya sebel,” cerita Arifin.
Setelah sebelumnya sempat menjadi finalis Cover Boy sebuah majalah remaja, Arifin akhirnya mendapat kesempatan menjadi pemeran utama dalam sebuah iklan. “Gue seneng banget! Tapi gue nervous waktu itu, sampe sangkin groginya, satu adegan pernah sampe 70 kali take,” papar Arifin. “Gue bukannya ngga bisa, tapi emang gue grogi,” tambahnya.
Usai menjadi bintang iklan pembersih wajah itu, Arifin sempat cuti dari kegiatan di depan kemera. Tapi dalam pembuatan iklan itu pula ia bertemu dengan managernya sekarang, Jo. “Waktu itu sih cuma kenal gitu aja, sampe akhirnya gue ketemu dia lagi di kesempatan kedua gue jadi pengisi acara di salah satu acara pemilihan model,” ceritanya.
Berkat tangan dingin managernya itu, Arifin mendapatkan peran di sebuah sinetron berjudul Srikandi, walaupun hanya mendapatkan peran kecil. Namun meski mendapat peran yang kecil, tidak mengurangi grogi yang dihadapi Arifin untuk berhadapan dengan kamera. “Waktu itu gue berdoa dan memohon supaya hari itu ngga jadi syuting, dan ternyata doa gue dikabulin,” cerita Arifin yang tidak jadi syuting karena kameranya rusak. Keesokannya ia harus kembali menghadapi groginya itu.
Pengalaman pertama kali berakting pun diungkapkannya dengan istilah kacau. Ia tidak mengerti apa yang namanya itu blocking, master, cover, medium dan sebagainya. Bahkan ia pun kesulitan untuk menghafalkan dialog. “Pokoknya sutradaranya agak sebel aja sama gue,” tutur Arifin.
Setelah dua kali membuat sutradara sebal, Arifin mulai serius belajar tentang akting. Apalagi setelah beberapa waktu demikian, ia mendapat peran untuk sebuah sinetron yang cukup melambungkan namanya, yaitu Kisah Kasih di Sekolah. Dalam sinetron produksi Sinemart ini, ia disandingkan dengan Marshanda.
“Itu pertama kalinya gue dikasih skenario untuk dibawa pulang dan dipelajarin. Gue dijelasin tentang karakter di situ seperti apa dan latar belakangnya seperti apa,” cerita Arifin. Ia dibuat sadar bahwa memang harus disiplin untuk menjalankan profesi ini. Untuk itu, ia kemudian mengikuti sekolah akting selama satu setengah tahun, dan selalu berusaha untuk lebih serius.
Perjalanan Arifin pun berlanjut ke layar lebar. Berawal dari pertemuannya dengan seorang sutradara muda, Rahmania Arunnita, di sebuah mall di Jakarta yang ketika itu sedang mencari pemain untuk bermain dalam film lanjutan Eiffel I’m In Love berjudul Lost In Love.
Tidak hanya berupa sebuah pertemuan belaka, Arifin pun diminta casting di tempat dan langsung membaca skenario. “Aku kan disitu berperan sebagai mahasiswa Thailand yang kuliah di Perancis, lucunya waktu itu aku casting di restoran Thailand,” tukas Arifin.
Hasilnya, ia pun didapuk untuk berperan sebagai Alex meski saat itu Arifin juga tengah terlibat dengan sebuah produksi sinetron. “Aku nyocokin jadwal, akhirnya bisa lah dicari solusinya, ya udah berangkat ke Paris deh,” jelas Arifin.
Sebenarnya tawaran yang datang kepada Arifin untuk bermain layar lebar tidak hanya datang saat itu, sebelumnya juga banyak yang menawarkan kepadanya. Namun karena jadwal dan cerita yang tidak cocok, membuat ia tidak menerima tawaran-tawaran tersebut. “Tawaran ada, tapi liat jadwal dulu, ceritanya, karakternya, sutradranya. Kalo kata orang bibit bebet dan bobotnya lah,” jelas Arifin.
Ke depannya, Arifin bertekad untuk terus berkiprah di dunia hiburan, namun sebagai orang yang bekerja di belakang layar. “Saya banyak belajar dari Rahmania. masih muda namun bisa melakukan banyak hal, penulis, sutradara, dan produser,” aku Arifin. (ajo)
No comments:
Post a Comment