Kiprahnya di blantika film nasional bukanlah perkara sepele. Sejak Bintang Jatuh di ujung milenium ketiga, Sapto Soetarjo sudah berperan mencari-cari sosok yang tepat untuk dimunculkan dalam belasan, mungkin juga puluhan, judul film nasional. Selain sebagai tukang casting orang, kadang-kadang nyambi juga ikut main, kini dia mencoba menjadi produser macam yang dilakukannya untuk proyek film Fiksi. Mau banting stir, To?
”Ah, saya sih basic-nya freelance aja, saya hanya supporting aja kok,” kelakar Sapto saat ditanya komentarnya. Peranan ini menurutnya sebuah pembelajaran. ”Bagaimana proses film itu mulai dari nol sampai jadi, hingga proses distribusi.”
Terjun sebagai produser ternyata bukan tanpa sebab. Sapto menuturkan pola hubungannya yang unik dengan sang sutradara, Mouly Surya. ”Mouly ini istrinya Parama. Nah Parama ini keponakannya Rako Prijanto,” demikian ungkap anak ketujuh dari tujuh bersaudara ini. Sapto sendiri sudah berkawan sejak lama dengan Rako, mungkin sudah seperti saudara.”Yah, saya mencoba membantu keponakan saya,” tutur Sapto lagi.
Adapun lingkup pekerjaan yang dilakoni dalam proyek Fiksi, pria yang bernama asli Noor Ahmad Saptadi, ini membeberkan secara singkat. ”Mulai dari mencari sponsor dan media partner yang akan bergabung, banyak juga yang teman-teman lama,” celetuknya. Oh ya, selain menjadi produser dan tukang casting dia juga masih sempat berakting meskipun hanya satu scene bareng Ladya Cherryl.
Setelah Fiksi, Sapto masih akan melanjutkan karirnya sebagai produser. Proyek berikut yang akan menantinya adalah sebuah film bertajuk Futsal Cap Tempe. Film bergenre drama komedi sport ini rencananya akan syuting di Makassar, Sulawesi Selatan. ”Kisahnya tentang seseorang dari zero to hero lah.”
Terus nanti usaha jasa casting bagaimana To? ”Dagang artis sih tetap dong. Itu kan omzet,” sambutnya sambil tertawa. (bat)
Wednesday, June 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment