Film horor memang menempati posisi unik di negeri ini. Kendati dihitung-hitung usianya baru 37 tahun (sejak film horor pertama di tanah air yang bertajuk
Lisa dibesut oleh sutradara M Sharieffudin di tahun 1971), ternyata penontonnya tak pernah berkurang. Jika dibanding-bandingkan, mungkin lebih banyak film horor yang
cuan ketimbang yang
amsyong. Tak heran, selalu muncul produser yang awet untuk memproduksi film dari genre ini.
Membuat film horor boleh jadi merupakan tantangan sendiri bagi banyak sineas. Pun bagi seorang Awi Suryadi, sutradara yang acapkali menulis skenario. Ketika muncul lagi di tahun 2008 lewat Claudia/Jasmine, ternyata dia melanjutkan langkahnya dengan membesut satu produk horor. Ah, sedang iseng mungkin atau apapun itu, Awi setuju-setuju saja ketika ditawari Maxima Pictures. ”Asalkan skenarionya dari saya,” demikian cerita pria asal Lampung ini suatu kali.
Tak kurang dari empat bulan sejak Awi menuturkan tentang itu, film bertajuk Sumpah Pocong di Sekolah sudah siap ditonton. Sebuah kerja yang relatif cepat bukan? Menyusul kemudian, kalangan jurnalis diundang untuk menyaksikan film yang naskahnya ditulis oleh sang sutradara.
Sejak awal, Awi memang menjanjikan sisi cerita yang digarap tuntas. Kata-kata inilah yang saya pegang dan dijadikan bekal untuk menikmati adegan demi adegan yang disuguhkan. Sesungguhnya reputasi Awi dalam membuat cerita lumayan terjaga. Apa daya, dewi Fortuna tak pernah mendekat kepadanya. Tengok saja debutnya lewat film Gue Kapok jatuh Cinta yang ditulis dan disutradarai bareng Thomas Nawilis. Nyaris tak terdengar. Nasib Claudia/Jasmine agaknya serupa. Banyak pihak memuji, apa daya sebuah film religi menghempaskannya hingga kandas di pasaran. Nah, sekarang bagaimana jika Awi membuat film horor?
Sumpah pocong adalah sebuah ritual masa lalu, dimana orang yang bersumpah dikafani layaknya seonggok mayat. Namun, ide tentang sumpah ini tak lebih hanya sekadar batu loncatan untuk masuk dalam babak berikut. Pasalnya, usai para pelakunya bersumpah itulah penampakan itupun datang.
Harus diakui jika sisi cerita memang dibuat menarik. Konon, inilah yang membuat bintang film era 80-an Alex Komang mau bergabung dalam proyek tersebut. Selama ini, agak jarang aktor kelas piala Citra mau bermain dalam film horor. ”Om Alex tertarik untuk bermain dalam film ini pas lihat draf pertama,” demikian cerita Awi sedikit berpromosi. Perihal kebenaran cerita barusan memang harus dikonfirmasi lagi. Namun karena Alex sedang sibuk syuting di pulau Belitong, nanti saja lagi kalau sudah pulang ke Jakarta.
Oh ya, kemampuan akting aktor senior itu menjadi bonus yang sayang untuk dilewatkan. Di sini Alex memperlihatkan kebolehannya dalam berlakon. Permainannya di sini terasa lebih dieksploitasi ketimbang saat dia bermain dalam Medley atau Long Road to Heaven yang terkesan hanya numpang lewat tanpa memperlihatkan kelincahan gestur. Sungguh mengasyikkan. Beberapa adegan berat dengan ikhlas dimainkan Alex tanpa mengeluh. ”Iya, om Alex mau tubuhnya dipasangi sling bergelantungan...” papar Awi dengan berapi-api.
Awi benar, Alex memang tampak dikerjai habis-habisan dalam film buatannya. Sampai saat ini, Awi mungkin masih terheran-heran betapa beruntungnya dia bisa membuat film horor yang didukung aktor senior macam Alex, bahkan dengan totalitas seperti itu. (
bat)
No comments:
Post a Comment